Pendahuluan
Latar Belakang
Pandemi Covid-19 yang melanda dunia tahun 2020 -2023 membawa perubahan yang sangat signifikan dalam proses pembelajaran manusia. Ketika manusia mengurangi pergerakan dan mobilitasnya di luar rumah, pemanfaatan teknologi informatika menjadi suatu keharusan. Interaksi manusia tidak hanya bertemu langsung secara fisik, namun juga melalui sarana internet. Apabila sampai awal tahun 2020, interaksi manusia didominasi pertemuan tatap muka secara langsung, namun sejak pertengahan tahun 2020, interaksi manusia dipaksa beralih secara daring atau melalui jaringan internet.
Begitu pula yang terjadi dalam proses pembelajaran. Pendidikan formal seperti sekolah dan perguruan tinggi dipaksa untuk melakukan strategi pembelajaran secara daring. Hal ini berpengaruh langsung pula dengan pendidikan non formal termasuk pendidikan dalam keluarga. Interaksi pembelajaran dipaksa keadaan untuk mengurangi pertemuan secara fisik mengakibatkan proses pembelajaran secara daring menjadi pilihan utama.
Selama 3 (tiga) tahun keadaan ini berjalan berpengaruh besar terhadap strategi pembelajaran di dunia pendidikan dan pelatihan. Pembelajaran secara daring yang sebelumnya merupakan keterpaksaan karena keadaan, khususnya selama 2 tahun (2020-2022), ternyata dianggap menjadi solusi untuk dikembangkan lebih lanjut dalam proses pembelajaran, tidak saja untuk pendidikan namun berpengaruh terhadap berbagai proses interaksi manusia lainnya. Rapat-rapat internal dan antar instansi saat ini sudah mulai terbiasa dilaksanakan secara daring ataupun hybrid.
Begitu pula dengan strategi pengembangan pendidikan dan pelatihan bagi orang dewasa mulai berubah. Berbagai strategi pembelajaran yang memadukan antara pertemuan tatap muka secara langsung (onsite/offline) dengan secara daring (online) makin efektif untuk dikembangkan. Pelatihan-pelatihan dan bimbingan teknis bahkan mulai dikembangkan penuh berbasis internet.
Model pembelajaran seperti yang dikembangkan Universitas Terbuka banyak ditiru oleh beragam perguruan tinggi. Walau sejak pertengahan tahun 2023 proses pembelajaran formal secara tatap muka efektif berjalan kembali, namun dalam konteks pelatihan dan bimbingan teknis mengalami perubahan secara signifikan. Berbagai Pusat Pendidikan dan Pelatihan (Pusdiklat) mengembangkan proses pelatihan dan bimbingan teknis menggunakan strategi pemanfaatan teknologi informatika secara penuh. Hal ini masuk dalam strategi yang dikembangkan oleh Lembaga Administrasi Negara (LAN) selaku pembina Pusdiklat di Indonesia.
Pola 70:20:10 atau pola pelatihan online dan hibrida menjadi pilihan utama dalam pengembangan pelatihan yang diselenggarakan Pusdiklat. Terlebih, sejak adanya kebijakan manajemen talenta dalam pengembangan kompetensi Aparatur Sipil Negara (ASN) yang mewajibkan setiap ASN untuk mengembangkan diri minimal 20 jam dalam satu tahun membuat Pusdiklat yang berperan sebagai Corporate University harus dapat mengakomodir kebutuhan seluruh ASN yang ada dalam jaringan binaannya. Praktiknya, Pusdiklat tidak saja memfasilitasi kebutuhan ASN namun juga mitra kerjanya, khususnya instansi swasta yang berhubungan langsung dengan instansi tersebut. Misalkan dalam industri pendidikan, sekolah swasta, perguruan tinggi swasta, termasuk perpustakaan dan unit kearsipan yang ada dalam instansi tersebut perlu difasilitasi pengembangan kompetensinya.
Dengan demikain, pusat pendidikan dan pelatihan tidak bisa lagi mengandalkan kegiatan-kegiatannya hanya berbasis tatap muka. Strategi pembelajaran secara online dan hibrida menjadi suatu keharusan untuk memaksimalkan perannya secara langsung dalam pengembangan kompetensi sumber daya manusia yang menjadi wilayah tanggung jawabnya. Salah satu metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Pusdiklat adalah menggunakan konsep MOOCs.
Apa itu MOOCs
MOOCs atau yang dapat diterjemahkan sebagai kursus daring terbuka merupakan kursus terbuka dan di desain gratis yang ditawarkan kepada siapa saja di seluruh dunia yang tertarik pada bidang pengetahuan baru atau mempelajari keterampilan baru. Menurut Kernohan (2015) MOOCs merupakan sebagai gerakan yang menggunakan platform terbuka yang memungkinkan siapa saja untuk berbagi pengetahuan dan belajar sesuatu secara terstruktur. MOOCs menurut Setyowati (2015) merupakan bentuk pembelajaran secara daring (online) yang melibatkan banyak peserta pembelajaran dan bersifat interaktif. Adapun Kamus Oxford Online dalam Rollins (2023) menyatakan MOOCs merupakan suatu program yang tersedia melalui internet tanpa biaya untuk sejumlah besar orang. Siapa pun yang memutuskan untuk mengambil MOOC cukup masuk ke situs web dan mendaftar.
MOOCs layaknya pembelajaran secara umum, peserta diminta untuk menyimpan beragam informasi yang diarahkan dalam modul pembelajaran dan mengerjakan tugas secara mandiri yang dikumpulkan selambat-lambatnya sesuai dengan waktu yang telah ditentukan. Untuk itu, peserta diharapkan disiplin sesuai dengan waktu yang telah ditentukan.
Bagi peserta pembelajaran juga menyenangkan karena peserta dapat belajar secara mandiri, mengulang-ulang materi pembelajaran dan kehadiran secara fisik juga tidak ada atau seandainya ada berkurang waktu pertemuan secara fisiknya. Konsep pembelajaran online melalui MOOCs dicetuskan oleh David Wiley dari Universitas Negeri Utah dan Alex Couros dari Universitas Reginaserta Stephen Downes dan Georges Siemens dari Universitas Manitoba. Mereka menyelenggarakan kursus yang diikuti oleh lebih 2500 peserta.
Adapun karakteristik dari MOOCs terdiri dari berbasis web (situs), menggunakan pola pembelajaran secara kolaboratif, menilai pengetahuan, dan adanya batasan waktu dalam proses pembelajaran.
Dalam perkembangannya MOOCs terdiri dari 2 model. Model awal disebut eMOOC yang berpusat pada komunitas pembelajar yang berpartisipasi. Adapun model kedua yaitu xMOOCs yang lebih menyerupai model pembelajaran konvensional, yang tersedia rekaman video pembelajaran, kuis, ujian dan metode evaluasi pembelajaran lainnya. Model ini yang lebih banyak digunakan oleh Perguruan Tinggi dan Pusdiklat di beragam organisasi.
xMOOCs lebih dapat diterima karena dalam pengukuran keberhasilannya lebih mudah. Adapun cMOOCs karena fokus pada pengembangan kreasi dan generasi pembelajar lebih berkembang pada komunitas-komunitas pembelajar yang memiliki ketertarikan minat dan bidang yang sama. Pada dasarnya masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing.
Pengalaman penulis sendiri lebih banyak mempelajari pada model kedua yaitu xMOOCs. Adapun keterlibatan penulis dalam Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI dan penyelenggaraan Bimbingan Teknis Tenaga Perpustakaan yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Nasional RI. Selain itu terlibat dalam penyelenggaraan kursus Literasi Informasi bagi pustakawan perguruan tinggi yang diselenggarakan oleh Forum Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia.
Untuk artikel ini lebih menceritakan proses yang terjadi dalam penyelenggaraan Bimbingan Teknis Tenaga Perpustakaan yang diselenggarakan Perpustakaan Nasional dan akan berjalan kegiatannya pada akhir Mei ini sampai bulan Juli mendatang.
Praktik Penyusunan Materi Literasi Informasi untuk Masyarakat bagi Tenaga Perpustakaan
Dalam proses penyusunan materi literasi informasi untuk masyarakat bagi Tenaga Perpustakaan, Perpustakaan Nasional RI membentuk tim bekerjasama dengan Ikatan Sarjana Ilmu Perpustakaan dan Informasi Indonesia (ISIPII) dan Yayasan Ayo Mendongeng. Perpustakaan Nasional membagi 2 materi besar, yaitu Keterampilan Literasi Informasi bagi Tenaga Perpustakaan dalam Melakukan Layanan Literasi Informasi bagi Masyarakat dan Keterampilan Mendongeng untuk Layanan Penuturan Cerita. Penulis pribadi terlibat dalam penyusunan bahan untuk Keterampilan Literasi Informasi bagi Tenaga Perpustakaan dalam Melakukan Layanan Literasi Informasi bagi Masyarakat.
Tahap Pertama adalah penyamaan presepsi terhadap materi pembelajaran pelatihan. Literasi Informasi sebagai suatu keterampilan dalam perkembangannya memiliki beragam model keterampilan sesuai dengan kondisi pemustaka yang dilayaninya. Pemustaka yang terdiri dari para peneliti dan sivitas akademika yang ada di perpustakaan perguruan tinggi dan perpustakaan khusus berbeda pendekatan layanan literasi informasinya dengan para guru dan murid di perpustakaan sekolah. Lebih rumit lagi bagi perpustakaan umum yang melayani segala ragam kemampuan pemustaka masyarakatnya.
Setelah melalui beberapa kali pembahasan disepakati model pendekatan keterampilan literasi informasi mengunakan konsep Model 4i, yaitu Kenali, Cari, Evaluasi dan Pakai. Konsep ini berkembang di perpustakaan Singapura dengan konsep SURE, Source, Understand, Research and Evaluate. Model ini relatif sukses menjadi model literasi informasi bagi pemustaka Singapura yang dikembangkan oleh Perpustakaan Nasional Singapura dalam mengembangkan layanan literasi informasi.
Setelah itu, barulah masuk tahap berikutnya yang terdiri dari:
Penyusunan Modul dan Materi Presentasi
Penyusunan Modul terdiri dari 4 orang tim penyusun yang didampingi oleh evaluator dari Perpustakaan Nasional RI. Evaluator bertugas memastikan modul sesuai dengan tujuan dari kegiatan bimbingan teknis. Adapun tim penyusun adalah orang-orang yang memiliki kapasitas yang dibuktikan memiliki sertifikat sebagai asesor kompetensi dan juga terlibat dalam penyusunan Kerangka Kualifikasi Nasional Indonesia bidang Perpustakaan dan terlibat dalam akreditasi perpustakaan. Dengan kompetensi tersebut tim penyusun dapat menentukan dengan waktu terbatas, yaitu hanya 2 (dua) hari, seberapa dalam materi yang dapat diberikan kepada peserta.
Dalam bimbingan teknis kali ini yang merupakan tenaga perpustakaan sebagian besar bukan lulusan ilmu perpustakaan dan informasi serta minim pengetahuan terkait layanan literasi informasi melalui perpustakaan. Apabila dianalogikan ke kursus yang diselenggarakan Pusdiklat Gerakan Pramuka, setara dengan kursus orientasi Gerakan Pramuka bagi para Pengurus Gerakan Pramuka, khususnya ditingkat Gugusdepan dan Satuan Karya.
Setelah modul selesai disusun dan disepakati oleh evaluator selanjutnya menyusun materi presentasi. Materi presentasi berdasarkan modul yang telah disusun sebelumnya. Dalam proses penyusunan materi presentasi lebih diarahkan pada pokok-pokok yang ada dalam modul dan penjelasan praktik penerapan keterampilan Literasi Informasi. Hal ini penting dilakukan agar yang menjadi narasumber dapat dengan mudah menjelaskan materi dan praktik penerapan literasi informasi oleh peserta pelatihan dengan pilihan waktu pemaparan yang terbatas.
Link Modul dapat diakses melalui tautan berikut ini: https://tinyurl.com/MPBimtek2024
Penyusunan materi Video Pembelajaran
Banyak pilihan dalam materi video pembelajaran. Ada yang memilih video -video pembelajaran yang sudah ada di situs-situs video seperti youtube atau membuat materi video pembelajaran sendiri. Ada yang berupa monolog dengan satu orang yang menerangkan materi substansi dari modul yang ada dan ada pula video simulasi dalam bentuk drama. Pilihan-pilihan tersebut pada dasarnya menyesuaikan dengan kebutuhan pembelajaran. Karena video pembelajaran lebih kepada memperkuat pemahaman peserta kursus atas suatu konsep materi atau teknik tertentu yang diharapkan dapat dikuasai oleh peserta kursus.
Adapun video pembelajaran yang saya pilih adalah model drama. Dua orang pemeran yaitu pustakawan dan pemustaka saling berinteraksi berkaitan dengan literasi informasi. Pustakawan berperan bagaimana menjelaskan proses yang perlu dilakukan oleh pemustaka agar permasalahan yang dihadapi pemustaka terkait kebutuhan informasi sebagai upaya pemecahan masalah yang dihadapinya dapat tertangani dengan baik. Harapannya peserta dapat lebih memahami bagaimana penerapan keterampilan literasi informasi kepada pemustaka yang dilayaninya. Tautan rekaman video pembelajaran dapat diakses melalui tautan berikut ini:
Link video pembelajaran: https://tinyurl.com/VPBimtek2024
Link video sambutan bimtek oleh Kepala Pusdiklat Perpustakaan Nasional RI: https://tinyurl.com/VSambutanPlt
Analisis Atas Pengembangan MOOC’s
Berdasarkan pengalaman penulis terlibat dalam penyusunan materi pembelajaran berbasis MOOCs ini ternyata tidaklah mudah. Tim penyusun membutuhkan komitmen yang kuat agar seluruh rangkaian materi pembelajaran dalam MOOCs ini dapat terselesaikan dengan baik sesuai dengan karakteristik peserta yang menjadi target kursus. Komitmen ini tidak saja butuh seseorang yang mendampingi juga membutuhkan dukungan perangkat, sarana dan prasarana serta infrastruktur teknologi informatika yang memadai. Hal ini disampaikan Utomo (2020).
Terpenting juga kompetensi dan keahlian yang menjadi tim penyusun materi kursus sangat perlu diperhatikan. Hal ini terkait dengan modul kursus dan materi pembelajaran agar peserta selesai mengikuti kursus benar-benar memiliki keterampilan dan pengetahuan baru atas materi pembelajaran yang diikutinya. Terlebih, karena proses pembelajaran lebih dominan mandiri, maka salah satu beban berat bagi tim penyusun materi dan juga nara sumber kursus adalah peserta benar-benar tertarik belajar dan mengikuti seluruh proses pembelajaran yang telah disusun. Berhubung belajar mandiri, sangatlah mudah peserta mendapat gangguan dalam proses pembelajaran. Apakah karena materi membosankan sehingga tidak menjadi perhatian peserta atau gangguan teknis dalam proses pembelajaran.
Dalam konteks Gerakan Pramuka, pengembangan MOOCs tentu perlu penyesuaian sesuai dengan karakteristik pembelajaran yang berkembang di Gerakan Pramuka. Bagaimanapun Gerakan Pramuka memiliki hal yang berbeda dalam proses pembelajarannya. Termasuk dalam hal ini untuk pengembangan kompetensi anggota dewasa yang terlibat dalam Gerakan Pramuka. Tidak saja sebagai pembina dalam satuan gugusdepan, juga peran lain seperti majelis pembimbing gugusdepan, majelis pembimbing satuan karya, pimpinan satuan karya, ketua gugusdepan, pamong saka, instruktur saka, andalan kwartir, majelis pembimbing kwartir, pengurus badan kelengkapan kwartir dan peran-peran lain yang sekiranya setiap peran membutuhkan penyamaan presepsi dan pemahaman atas perannya tersebut dalam Gerakan Pramuka.
Konsep MOOCs ini diharapkan dapat digarap dan dikembangkan serius oleh Gerakan Pramuka dalam hal ini Pusdiklat sebagai salah satu pilihan dalam pengembangan pelatihan dan kursus-kursus yang dilakukan oleh Pusdiklat. Setidaknya dapat dilakukan melalui penyusunan materi untuk orientasi anggota dewasa dalam Gerakan Pramuka seperti Orientasi bagi Majelis Pembimbing Gugusdepan, Orientasi bagi Majelis Pembimbing Satuan Karya dan orentasi bagi Majelis Pembimbing Kwartir. Metode pembelajarannya dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan orientasi.
Barulah setelah itu, Pusdiklat dapat mengembangkan konsep ini pada Kursus Mahir Dasar (KMD), Kursus Pamong Saka dan Kursus-Kursus Dasar lainnya. Penerapan metode dapat secara kombinasi. Waktu kursus tatap muka secara langsung dengan demikian dapat dipangkas. Dengan demikian, biaya kursus dapat lebih rendah. Sehingga apabila Pusdiklat ingin mengembangkan KMD Mandiri setidaknya yang menjadi dasar pintu masuk sebagai pembina dalam Gerakan Pramuka dapat lebih rendah biaya pelaksanaannya. Dengan demikian, peserta KMD Mandiri dapat lebih banyak yang bisa mengikuti Kursus. Bagaimanapun Kwartir melalui Pusdiklat memiliki tanggungjawab secara langsung dalam pemenuhan kebutuhan Pembina Gerakan Pramuka yang handal dalam proses pembinaan aggota muda dalam Gerakan Pramuka di Gugusdepan.
Kesimpulan
Berdasarkan konsep yang ditawarkan dalam MOOCs dan pengalaman penulis ikut terlibat dalam penyusunan materi bimbingan teknis terkait dengan literasi informasi melalui perpustakaan kepada masyarakat maka ada beberapa hal yang dapat disimpulkan.
- Konsep MOOCs pada dasarnya dapat dibangun dan dikembangkan serius oleh Pusdiklat Gerakan Pramuka, khususnya pada tingkat Nasional dan Daerah dengan asumsi Kwarnas dan Kwarda memiliki infrastruktur, sarana dan prasarana serta Sumber Daya Manusia yang mumpuni dalam pengembangan materi pembelajaran jarak jauh MOOCs ini;
- Pola yang dibangun melalui konsep MOOCs ini dapat diterapkan atas kedua model tersebut, yaitu cMOOCs yang dapat diterapkan untuk pertemuan para pembina dan para pelatih seperti Pitaran Pembina dan Pitaran Pelatih melalui pertemuan-pertemuan yang bersifat tematik. Adapun xMOOCs dapat diterapkan untuk kursus-kursus dan pelatihan-pelatihan terstruktur yang dikembangkan oleh Pusdiklat.
- Butuh komitmen yang kuat dari Pusdiklat dan Pelatih untuk mengembangkan konsep MOOCs ini karena membutuhkan sumber daya dan ketekunan yang kuat. Untuk itu, perlu ada strategi dan program serta pendampingan yang baik pula agar Pusdiklat menghasilkan beragam paket kursus dan pelatihan sesuai dengan kebutuhan anggota dewasa yang menjadi tanggungjawabnya.
Saran
- Untuk mendorong percepatan pengembangan kursus dan pelatihan melalui pendekatan konsep MOOCs ini, Kwartir melalui Pusdiklat dapat menugaskan kepada para Pelatih yang akan menjalankan proses Naratama menghasilkan paket kursus atau pelatihan dengan pendekatan konsep MOOCs ini. Indikator keberhasilannya adalah paket kursus atau pelatihan konsep MOOCs ini tersedia dan siap digunakan. Adapun modul pembelajaran mengacu pada modul-modul yang sudah ada dengan penyesuain dengan konsep MOOCs ini.
- Pusdiklat perlu mempertimbangkan konsep MOOCs ini yang dimodifikasi dengan beragam pola pendekatan lainnya dalam upaya mengembangkan kursus-kursus, setidaknya Kursus Mahir Dasar dan Kursus Mahir Lanjutan untuk menekan biaya penyelenggaraan kursus. Khususnya untuk Kursus-Kursus yang dilaksanakan secara mandiri bagi peserta. Dengan demikian, halangan biaya mahal karena tidak dapat mengikuti kursus dapat ditekan. Bagaimanapun ketersediaan dan ketercukupan Pembina yang berkualitas baik menjadi tanggungjawab utama Kwartir khususnya bagi Bidang Pengembangan Anggota Dewasa melalui Pusdiklat.
- Pusdiklat dapat mengembangkan program pelatihan MOOCs ini sebagai wahana strategi promosi dan pemasaran yang ditujukan kepada anggota dewasa untuk mengenal, memahami dan bergabung secara aktif dalam Gerakan Pramuka sesuai dengan perannya masing-masing. Harapannya, kualitas anggota dewasa yang terlibat dalam Gerakan Pramuka mulai dari Gugusdepan, Saka sampai tingkat Kwartir Nasional yang menjadi pengurus dan pembina adalah anggota Gerakan Pramuka yang memiliki kompetensi dan memiliki nilai-nilai Kepramukaan yang baik. Harapannya Gerakan Pramuka dapat aktif melakukan adaptasi dan perubahan dengan cepat sesuai dinamika yang terjadi dalam masyarakat, khususnya bagi anggota muda sebagai subyek Gerakan dan para stakeholder, baik pemerintah dan masyarakat umum.
Daftar Bacaan
Kernohan, David.(2015). Massive Open Online Course, Sciencedirect.com, https://www.sciencedirect.com/topics/social-sciences/massive-open-online-course
Kursus Daring Terbuka Masif (MOOC), https://id.solutions.openlearning.com/moocs
National Library Singapore.(2024). S.U.R.E. https://sure.nlb.gov.sg/
Rollins, Amanda.(2018). What’s A MOOC? History, Principals, And Characteristics, eLearning Industry. https://elearningindustry.com/whats-a-mooc-history-principles-characteristics
Setyowati, Lis.(2015). Mengenalkan Massive Open Online Course (MOOCs) kepada Pustakawan, Media Pustakawan, Vol.22,No.4, p.6-18. https://ejournal.perpusnas.go.id/mp/article/view/216/208 Utomo, Rio Guntur dan Rosmansyah, Yusep.(2020). Framework untuk Mendesain Sistem Massive Open Online Course (MOOCs) untuk Universitas di Indonesia, Jurnal Pendidikan Multimedia, Vol.2, No.2, p.65-74. https://ejournal.upi.edu/index.php/Edsence/article/view/29776/pdf
Leave a Reply